Saat ini Kami ingin lebih membahas murai batu bakalan muda hutan (MH), kenapa..? karena murai batu muda hutan (MH) sedikit lebih rumit dirawat di banding murai batu yang memang bakalan tetapi hasil penangkaran atau peternakan. Apabila murai yang kita beli dari penangkap di hutan atau lebeih sering di sebut murai batu (MH) didapat dengan hasil pancingan menggunakan kail, sangat di mungkinkan kail tersebut tertinggal di tenggorokan murai batu.
Apabila terjadi hal demikan ini sangat merugikan pembeli karena murai batu yang kita beli akan tidak mau makan karena tenggorokannya terinfeksi, sehingga akan memperparah kondisi murai batu itu sendiri dan lama kelamaan murai batu tersebut tidak akan tertolong dan mati.
Bagai mana mengetahuinya kalau murai batu hasil tangkapan menggunakan pancingan, sebenarnya mudah sebelum kita membeli cobalah murai tersebut kita kasih beberapa ekor jangkrik apakah langsung di sambar atau tidak kalau jangkriknya hanya di main-mainkan dan tidak langsung di telan itu indikasi dan patut dicurigai kalau murai tersebut trauma akan jangkring yang membuat dia tertangkap. Tetapi apabila langsung di sambar dan langsung di telan murai tersebut tidak menunjukan indikasi trauma maka kecurigaan dengan ditangkap menggunakan pancingan bisa di kesampingkan berarti murai batu tersebut didapat dengan hasil yang aman.
Murai batu bakalan muda hutan (MH) tidak mungkin bisa mengenal langsung makanan buatan manusia atau voer, karenanya burung perlu sedikit adaptasi dan sering di latih untuk makan voer, sehingga tidak akan menyulitkan kita di masa yang akan datang.
Cara melatihnya agar mau memakan voer ialah dengan mencampurkan extra fooding (EF) kedalam voer, seperti kroto, jangkrik, serangga, cacing, ulat hongkong atau ef lainnya, di tempatkan di dalam pakan voer dan di aduk sehingga apabila dia makan kroto sedikit banyak ada voer yang kemakan. lakukan lah setiap hari dan cobalah dosis EF yang di campur dengan voer sedikit demi sedikit dikurangi, sehingga pada waktu tertentu murai batu muda hutan (MH) hanya memakan voer. Kalau kejadiannya sudah demikian kita tinggal menyiapkan tempat lagi untuk EF.
Extra Fooding (EF) bagi murai batu adalah makan yang tidak bisa di pisahkan, karena sebenarnya makana ini adalah makan murai batu saat di alam liar. Pemberian EF harus lah rutin setiap hari secara konsisten, teratur dengan takaran di usahan sama setiap hari agar murai batu tersebut terbiasa terlebih dahulu dan mampu berkicau. Serta jangn lupa untuk selalu secara consisten memberikan suplemen atau vitamin agar murai batu tersebut tetap bugar dan sehat, pemberiannya bisa 1 minggu 2 kali.
Itulah sedikit tips dan Cara Merawat Murai Batu Bakalan, selamat mencoba …. semoga bermanfaat, Salam Murai.
Artikel lain yang wajib Ente baca:
- Cara Melakukan Perawatan Murai Batu yang Lengkap dan benar
- Beberapa Cara Membedakan Burung Murai Batu Medan dan MB. Lampung
- Murai anda mabung? Berikut beberapa perawatan murai batu pasca / setelah mabung
- Ciri-ciri MB medan asli - hati -hati banyak penipuan
- Harga murai akhir tahun 2015 - beda daerah beda harga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar